Rabu, 16 November 2011
Air Mata Mutiara
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tanganpun, sehingga ibu tidak bisa menolongmu.”
Si ibu terdiam sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu karena hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerangpun melakukan nasihat ibunya. Ada hasilnya tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan bertahun-tahun lamanya tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya dan makin lama makin halus. Rasa sakitpun makin berkurang dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun sebutir mutiara besar, utuh mengkilap dan berharga mahalpun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga.Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
*******************************
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”
Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan coboaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki : menjadi “kerang biasa” yang disantap morang atau menjadi “kerang yang menghasilkan mutiara”Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang sukses lebih sedikit dari orang yang “biasa-biasa saja”.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu maka cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut dan sambil katakan di dalam hatimu ………………………….
“Airmataku diperhitungkan Tuhan……….dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.” by Fortigate
berkah dalem
Support Yayasan Kami agar maju,
menjadi bukti saluran berkat cinta kasih Allah kepada sesama manusia
www.yayasan-bundasuci.com
Sumber : Facebook Bunda Maria Santa Perawan Suci pada 08 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar