Powered By Blogger

Minggu, 20 November 2011

Kebaikan akan selalu berputar dan kembali

Bryan hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri dipinggir jalan itu, tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu membutuhkan pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiac tuanya didepan mobil Mecedes wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.

Walaupun dengan wajah tersenyum wanita itu tetap merasa khawatir, karena setelah menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang berhenti untuk menolongnya.

Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya?

Lelaki tersebut penampilanya tidak terlalu baik, ia kelihatan begitu memprihatinkan. Wanita itu dapat merasakan kalau dirinya begitu ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin, sepertinya lelaki tersebut tau apa yang ia pikirkan.

Lelaki itu berkata "Saya kemari untuk membantu anda Bu, kenapa anda tidak menunggu didalam mobil. Bukankah disana lebih hangat? Oh ya, nama saya Bryan."

Bryan masuk kedalam kolong mobil wanita itu untuk memperbaiki yang rusak.

Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu kotor dan lelah, wanita itu membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya. Ia berkata bahwa ia dari St Louis dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.

Wanita itu bertanya berapa yang harus ia bayar, berapapun jumlahnya yang ia minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi jika lelaki itu tidak menolongnya. Bryan hanya tersenyum.

Bryan tidak mengatakan berapa jumlah yang harus dibayar, karena baginya menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan, suatu hari nanti Tuhan pasti akan membalas amal perbuatanya.

Ia berkata kepada wanita itu, "Bila Ibu benar-benar ingin membalas jasa saya, maka apabila suatu hari nanti Ibu melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan, tolonglah orang tersebut... dan ingatlah saya."

Bryan menunggu sampai wanita itu menstater mobilnya dan menghilang dari pandangan.

Setelah berjalan beberapa mil wanita itu melihat kafe kecil, lalu ia mampir kesana untuk makan dan beristirahat sebentar. Pelayan datang dan memberikan handuk bersih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Wanita itu memperhatikan sang pelayan yang sedang hamil, dan masih begitu muda. Lalu ia teringat kepada Bryan.

Setelah wanita itu selesai makan dan, sang pelayan sedang mengambil kembalian untuknya, wanita itu pergi keluar secara diam-diam.

Setelah kepergiannya sang pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana wanita itu pergi, lalu ia menemukan secarik kertas diatas meja dan uang $1.000,-.

Ia begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita itu:

"Kamu tidak berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah saya menolong kamu. Maka inilah yang harus kamu lakukan: "Jangan pernah berhenti untuk memberikan cinta dan kasih sayang."

Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berfikir mengenai uang dan apa yang di tulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat membutuhkan uang untuk menanti kelahiran bayinya?

Ia tau bagaimana suaminya sangat merisaukan hal ini. Lalu ia memeluk suaminya yang terbaring disebelahnya dan memberikan ciuman yang lembut sambil berbisik : "Semuanya akan baik-baik saja sayang, I Love You Bryan."

"Segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar", therefore, never ever stop doing good things in life!

www.yayasan-bundasuci.

sumber : facebook Bunda Maria Santa Perawan Suci pada 08 Juli 2010

Jalan2




















Posted by Picasa

Rabu, 16 November 2011

Air Mata Mutiara


Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tanganpun, sehingga ibu tidak bisa menolongmu.”

Si ibu terdiam sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu karena hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerangpun melakukan nasihat ibunya. Ada hasilnya tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan bertahun-tahun lamanya tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya dan makin lama makin halus. Rasa sakitpun makin berkurang dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun sebutir mutiara besar, utuh mengkilap dan berharga mahalpun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga.Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

*******************************
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar biasa”. Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah “orang biasa” menjadi “orang luar biasa”

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan coboaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki : menjadi “kerang biasa” yang disantap morang atau menjadi “kerang yang menghasilkan mutiara”Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang sukses lebih sedikit dari orang yang “biasa-biasa saja”.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu maka cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut dan sambil katakan di dalam hatimu ………………………….
“Airmataku diperhitungkan Tuhan……….dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara.” by Fortigate

berkah dalem

Support Yayasan Kami agar maju,
menjadi bukti saluran berkat cinta kasih Allah kepada sesama manusia
www.yayasan-bundasuci.com


Sumber : Facebook Bunda Maria Santa Perawan Suci pada 08 Oktober 2010

Edo Rafael

Hari ini genap 1 thn 2 bln umurnya.walau jalannya masih tertatih,kadang dipaksakan.kadang jatuh,namun bangun lagi dan terus berjalan.bila lelah ia berdiri dgn kaki sedikit gemetar,dan tersenyum menunjukkan gigi putihnya yang belum komplit.
bila nakalnya muncul,sampai ibunya marah.tapi bila tingkahnya yang lucu menggoda menggemaskan.itulah anak kesayanganku.

Kamis, 10 November 2011

Cinta Perkawinan


Di kota kecil Siroki Brijeg daerah Herzegovina, kurang lebih 20 mil dari
Medjugorje, dikisahkan bahwa dalam catatan paroki sekitar 13 ribu umat tidak
ada perceraian. Sepanjang ingatan orang, di sana tidak ada keluarga yg
berantakan. Apakah orang-orang di sini mendapat siraman rahmat istimewa atau
previlese khusus dari surga untuk mengalami perkawinan yg kokoh kuat seperti
ini? Padahal orang-orang ini selama berabad-abad menderita penindasan dan
penganiayaan karena iman yang teguh ada Tuhan Yesus Kristus yang wafat dan
bangkit untuk menyelamatkan umat manusia. Dari pengalaman mereka sangat
yakin bahwa sumber keselamatan satu-satunya datang dari Salib Kristus.
Orang-orang Kroasi mempunyai suatu tradisi perkawinan yang indah, yang
menjadi inspirasi bagi peziarah dari manca negara. Bila pasangan muda-mudi
akan menikah, orang2 tidak akan menyatakan bahwa mereka telah menemukan
pasangan ideal yang mereka impikan, melainkan imam akan mengatakan kepada
mereka: “Kamu telah menemukan salibmu! Istri adalah salib untuk suami dan
suami adalah salib untuk istri. Dan sebuah salib harus dicintai dan untuk
dipanggul. Sebuah salib tidak untuk dibuang melainkan untuk disandang
(panggul) dan disayangi.”
Selanjutnya pada waktu pemberkatan pernikahan, pengantin wanita meletakkan
tangan kanannya di atas salib dan mempelai pria menumpangkan tangannya di
atasnya, dengan demikian kedua tangan mereka terikat bersama-sama satu di
atas yang lain di atas salib Kristus. Kemudian imam menumpangkan stola ke
atas tangan-tangan mereka. Pasangan itu lalu mengucapkan janji setianya,
berdasarkan rumusan Liturgis Gereja. Setelah janji setia diucapkan keduanya
tidak saling berciuman melainkan mencium salib! Mereka sadar bahwa yang
mereka cium itu adalah sumber kasih! Pasangan itu dan semua orang yang
menyaksikan peristiwa itu tahu bahwa bila sang suami melepaskan istrinya,
berarti ia melepaskan salib demikian juga jika sang istri melepaskan
suaminya maka ia pun melepaskan salib! Dengan begitu mereka kehilangan
segala-galanya karena mereka melepaskan Kristus. Buah dari cinta kasih
mereka, adalah buah dari salib mereka yaitu anak. Berbicara mengenai
kesatuan keluarga berarti berbicara mengenai kesatuan suami-istri-anak.
Perekatnya adalah salib.
Hampir setiap hari di seluruh dunia, media massa tidak pernah sepi
menyajikan berita menyedihkan mengenai perceraian, kekerasan dalam keluarga,
aborsi, penjualan anak, dan lain-lain. Dalam situasi seperti ini yang paling
menderita akibatnya adalah anak-anak, makhluk yang tidak berdaya. Kisah
hidup keluarga seperti itu di kota kecil Siroki Brijeg, Herzegovina di atas
hendaknya membawa kesejukan dan inspirasi di tengah gemuruh badai berita
mengenai perpecahan dan kehancuran ikatan keluarga / rumah tangga.
Oleh P. Moses Beding, CssR
(sumber :  Ave Maria Mei 2005)

Hati Yang Indah

Rumah kami langsung berseberangan dengan pintu masuk RS John Hopkins di Baltimore. Kami tinggal dilantai dasar dan menyewakan kamar-kamar lantai atas pada para pasien yang ke klinik itu.
Suatu petang dimusim panas, ketika aku sedang menyiapkan makan malam, ada orang mengetuk pintu. Saat kubuka, yang kutatap ialah seorang pria dengan wajah yang benar buruk sekali rupanya.
“Lho, dia ini juga hampir cuma setinggi anakku yang berusia 8 tahun,” pikirku ketika aku mengamati tubuh yang bungkuk dan sudah serba keriput ini. Tapi yang mengerikan ialah wajahnya, begitu miring besar sebelah akibat bengkak, merah dan seperti daging mentah., hiiiihh…!
Tapi suaranya begitu lembut menyenangkan ketika ia berkata, “Selamat malam. Saya ini kemari untuk melihat apakah anda punya kamar hanya buat semalam saja. Saya datang berobat dan tiba dari pantai Timur, dan ternyata tidak ada bis lagi sampai esok pagi.”
Ia bilang sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil, tidak ada seorangpun tampaknya yang punya kamar.
“Aku rasa mungkin karena wajahku… Saya tahu kelihatannya memang mengerikan, tapi dokterku bilang dengan beberapa kali pengobatan lagi…”
Untuk sesaat aku mulai ragu-ragu, tapi kemudian kata-kata selanjutnya menenteramkan dan meyakinkanku: “Oh aku bisa kok tidur dikursi goyang diluar sini, di veranda samping ini. Toh bisku esok pagi-pagi juga sudah berangkat.”
Aku katakan kepadanya bahwa kami akan mencarikan ranjang buat dia, untuk beristirahat diveranda. Aku masuk kedalam menyelesaikan makan malam. Setelah rampung, aku mengundang pria tua itu, kalau-kalau ia mau ikut makan.
“Wah, terima kasih, tapi saya sudah bawa cukup banyak makanan.” Dan ia menunjukkan sebuah kantung kertas coklat.
Selesai dengan mencuci piring-piring, aku keluar mengobrol dengannya beberapa menit. Tak butuh waktu lama untuk melihat bahwa orang tua ini memiliki sebuah hati yang ter-lampau besar untuk dijejalkan ketubuhnya yang kecil ini.
Dia bercerita ia menangkap ikan untuk menunjang putrinya, kelima anak-anaknya, dan istrinya, yang tanpa daya telah lumpuh selamanya akibat luka ditulang punggung. Ia bercerita itu bukan dengan berkeluh kesah dan mengadu; malah sesungguhnya, setiap kalimat selalu didahului dengan ucapan syukur pada Allah untuk suatu berkat!
Ia berterima kasih bahwa tidak ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang rupa-rupanya adalah semacam kanker kulit. Ia bersyukur pada Allah yang memberinya ke-kuatan untuk bisa terus maju dan bertahan.
Saatnya tidur, kami bukakan ranjang-lipat-kain berkemah untuknya dikamar anak-anak. Esoknya waktu aku bangun, seprei dan selimut sudah rapi terlipat dan pria tua itu sudah berada di veranda.
Ia menolak makan pagi, tapi sesaat sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata, “Permisi, bolehkah aku datang dan tinggal disini lagi lain kali bila aku harus kembali berobat? Saya sungguh tidak akan merepotkan anda sedikitpun. Saya bisa kok tidur enak dikursi.”
Ia berhenti sejenak dan lalu menambahkan, “Anak-anak anda membuatku begitu merasa kerasan seperti di rumah sendiri. Orang dewasa rasanya terganggu oleh rupa buruknya wajahku, tetapi anak-anak tampaknya tidak terganggu.”
Aku katakan silahkan datang kembali setiap saat.
Ketika ia datang lagi, Ia tiba pagi-pagi jam tujuh lewat sedikit. Sebagai oleh-oleh, ia bawakan seekor Ikan besar dan satu liter kerang oyster terbesar yang pernah kulihat. Ia bilang, pagi sebelum berangkat, semuanya ia kuliti supaya tetap bagus dan segar.
Aku tahu bis-nya berangkat jam 4.00 pagi, entah jam berapa ia sudah harus bangun untuk mengerjakan semuanya ini bagi kami. Selama tahun-tahun ia datang dan tinggal bersama kami, tidak pernah sekalipun ia datang tanpa membawakan kami ikan atau kerang oyster atau sayur mayur dari kebunnya.
 Beberapa kali kami terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus, ikan dan oyster terbungkus dalam sebuah kotak penuh daun bayam atau sejenis kol, setiap helai tercuci bersih.
Mengetahui bahwa ia harus berjalan sekitar 5 km untuk mengirimkan semua itu, dan sadar betapa sedikit penghasilannya, kiriman-kiriman dia menjadi makin bernilai…
Ketika aku menerima kiriman oleh-oleh itu, sering aku teringat kepada komentar tetangga kami pada hari ia pulang ketika pertama kali datang.
“Ehhh, kau terima dia bermalam ya, orang yang luar biasa jelek menjijikkan mukanya itu? Tadi malam ia kutolak. Waduhh, celaka dehh.., kita kan bakal kehilangan langganan kalau nerima orang macam gitu!”
Oh ya, memang boleh jadi kita kehilangan satu dua tamu. Tapi seandainya mereka sempat mengenalnya, mungkin penyakit mereka bakal jadi akan lebih mudah untuk dipikul. Aku tahu kami sekeluarga akan selalu bersyukur, sempat dan telah mengenalnya; dari dia kami belajar apa artinya menerima yang buruk tanpa mengeluh, dan yang baik dengan bersyukur kepada Allah.
Baru-baru ini aku mengunjungi seorang teman yang punya rumah kaca. Ketika ia menunjukkan tanaman-tanaman bunganya, kami sampai pada satu tanaman krisan (timum) yang paling cantik dari semuanya, lebat penuh tertutup bunga berwarna kuning emas. Tapi aku jadi heran sekali, melihat ia tertanam dalam sebuah ember tua, sudah penyok berkarat pula.
Dalam hati aku berkata, “Kalau ini tanamanku, pastilah sudah akan kutanam didalam bejana terindah yang kumiliki.”
Tapi temanku merubah cara pikirku.
“Ahh, aku sedang kekurangan pot saat itu,” ia coba terangkan, “dan tahu ini bakal cantik sekali, aku pikir tidak apalah sementara aku pakai ember loak ini. Toh cuma buat sebentar saja, sampai aku bisa menanamnya ditaman.”
Ia pastilah terheran-heran sendiri melihat aku tertawa begitu gembira, tapi aku membayangkan kejadian dan skenario seperti itu disurga.
“Hah, yang ini luar biasa bagusnya,” mungkin begitulah kata Allah saat Ia sampai pada jiwa nelayan tua baik itu.
“Ia pastilah tidak akan keberatan memulai dulu didalam badan kecil ini.”
Semua ini sudah lama terjadi, dulu - dan kini, didalam taman Allah, betapa tinggi mestinya berdirinya jiwa manis baik ini.
“Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang didepan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1 Samuel 16:7b)
Sahabat-sahabat adalah istimewa sekali. Mereka membuatmu tersenyum dan mendorongmu jadi sukses. Mereka meminjamimu sebuah kuping dan berbagi suatu kata pujian.
Buatlah seseorang tersenyum hari ini.


dari segala sumber

Selasa, 30 Agustus 2011

KATA MAAF


Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.- Matius 18:22

Beberapa waktu yang lalu, Mitchell Johnson dibebaskan dari penjara Tennesse. Hal yang membuat Johnson harus mendekam di penjara adalah tindakan konyolnya pada 24 Maret 1998 silam. Saat itu usianya masih 13 tahun, dan bersama temannya, Andrew Golden, ia mencuri senapan berburu milik kakeknya. Lalu membawa senapan itu di Sekolah Menengah Westside. Selanjutnya ia menyalakan alarm kebakaran sehingga orang-orang berlarian ke luar. Saat itulah Johnson menembakkan senjatanya di tengah-tengah kepanikan orang. Akibatnya seorang guru dan empat murid meninggal dan 10 siswa lain terluka parah!

Hebatnya, setelah menyelesaikan hukuman selama 7 tahun di penjara, sepulangnya dari penjara ia bercita-cita ingin menjadi pendeta! Lalu apa komentar orang-orang ketika mendengar niatnya itu? Mereka hanya mencibir dengan sinis dan menganggap bahwa cita-citanya itu bualan belaka. Mereka belum bisa melupakan tragedi dan kejadian mengerikan 7 tahun silam akibat kegilaan Johnson. Pendek kata, tak ada kesempatan kedua bagi Johnson untuk mengubah hidupnya.

Saudaraku terkasih…Bagaimana seandainya kita termasuk orang-orang yang melihat sendiri betapa sadisnya pembunuhan yang dilakukan Johnson tujuh tahun lalu? Apakah kita bisa mengampuni, melupakannya dan memberi kesempatan bagi Johnson untuk menunjukkan perubahan dalam hidupnya? Ataukah sebaliknya kita menghakiminya dan berkata bahwa seorang pembunuh akan terus jadi pembunuh dan tak mungkin akan jadi rohaniawan

Saudaraku…Kita pernah dilukai oleh seseorang. Kita pernah dikecewakannya. Kita pernah menelan pil pahit yang namanya pengkhianatan. Kita pernah jadi korban penipuannya. Lalu apa reaksi kita terhadap orang yang sudah menyakitkan hati kita itu? Akankah kita mengampuni atau sebaliknya kita menutup kemungkinannya untuk berubah? Bukankah Yesus mengajarkan bahwa mengampuni itu tak hanya terbatas satu dua kali saja? Bahkan tujuh puluh kali tujuh kali pun kita harus melakukannya? Mengapa kita tidak memilih untuk mengampuni, melupakan dan memberikan kesempatan kedua kepadanya untuk berubah? Bukankah Tuhan juga melakukan hal yang sama kepada kita?
Sudah seharusnya kita melakukan hal ini kepada orang lain, termasuk kepada musuh kita sekalipun.

Saudarku…Berilah maaf kepada orang yang telah menyakiti hidup kita pada hari ini juga.

www.yayasan-bundasuci.com